Rabu, 19 November 2014

GUNUNG KIDUL, SURGANYA YOGYAKARTA (PART 1) - GOA PINDUL


Hai sobat traveller, memang benar kalau Yogya merupakan daerah yang sangat kaya akan budaya dan tempat wisata. Nama-nama seperti Keraton, Malioboro, Candi Prambanan, Monjalai, dan Parangtritis mungkin sudah familiar di telinga kita, bahkan kita sudah sering mengunjunginya. Namun semenjak tahun 2010-an, muncul sebuah fenomena baru yang bisa disebut surganya alam di Yogyakarta, tak lain dan tak bukan adalah Gunung Kidul.
Setelah menyelesaikan tes yang “katanya” adalah tes kemunafikan dan untuk melepas beban pikiran karena harus menghapalkan UUD 1945, akhirnya saya putuskan tuk berlibur ke gunung kidul. Berangkat dari Jakarta pada tanggal 1 September 2014 pukul 23.00 WIB naik kereta Jaka Tingkir, saya sampai di Lempuyangan pukul 08.45-an atau telat sekitar 2 jam dari jadwal (kebiasaannya Indonesia yang suka telat, termasuk jadwal keretanya...hehe). Di sana saya sudah di jemput sma mas Nafiq Muiz, teman sekelas waktu kuliah yang merupakan orang asli Gunung Kidul. Oh ya, selama di gunung kidul saya menginap di rumah mas Muiz ini, rumahnya masih satu desa dengan Goa Pindul yaitu di Desa Bejiharjo, Karangmojo.
Setelah menyantap soto ayam di depan stasiun, saya pun menuju ke rumahnya Mas Muiz. Sekitar 45 menit perjalanan dengan motor, sampailah saya di gerbang selamat datang gunung kidul yang terpapang besar. Dari gerbang itu masih sekitar 30 menit buat sampai ke Desa Bejiharjo. Lumayan jauh juga dari pusat Kota Yogya, tapi perjalanannya seru karena kita dikelilingi pemandangan alam khas dataran tinggi (meskipun saya harus memangku koper yang beratnya minta ampun).
Sesampainya di rumah Mas Muiz, saya sempatkan bercengkrama dengan keluarganya sambil istirahat. Tipikal orang di daerah gunung yang sangat kental adalah keramahannya, mengingatkan saya pada keramahan orang-orang gunung  di daerah Besuki Tulungagung tempat nenek saya tinggal. Selain itu ciri khas lainnya adalah kegemaran menyantap teh di sana setiap ada waktu kosong, perbedaannya kalau teh di daerahku (sebut saja Kediri) itu rasa manisnya sangat kental, kalau di sana tidak begitu manis karena mengutamakan cita rasa teh supaya tidak hilang.
Selepas Dhuhur barulah saya pergi ke Goa Pindul ditemani  Muiz, jaraknya hanya sekitar 3 km saja dari rumahnya.

Harga tiket masuk Goa Pindul adalah Rp 35 ribu (saya kemarin hanya membayar Rp 25 ribu karena “kenal” orang asli sana, lumayan lah dapat diskon, hehe). Dengan harga segitu kita sudah mendapatkan 1 set perlengkapan keamanan seperti pelampung, sepatu, ban yang dinaiki, serta 2 orang pemandu (yang satunya lebih tepat bertugas sebagai fotografer). Saya pertama kali tahu tentang Goa Pindul ketika melihat iklan salah satu merk rokok di televisi yang mengambil tempat di sana (slogannya sangat seru, “My Life is adventure”, hehe). Dulu sebelum terkenal, di Goa Pindul cuman ada 1 agen persewaan yang “menguasai” tempat wisata ini. Tapi setelah terkenal dan orang-orang melihat ada peluang bisnis yang menggiurkan, akhirnya bermunculan agen-agen yang lain. Terhitung tak kurang ada 9 agen sekarang di sana, lumayan pesat juga ya perkembangannya.

Tuh dah lengkap kan pengamannya......




 Ban sebesar itu cara memakainya bukan kita masuk ke dalamnya, tapi kita akan duduk di atasnya. Di kanan-kiri ban ada semacam tali untuk berpegangan karena nanti si pemandu akan menarik kita mengarungi sungai di dalam Goa. Berhubung kami cuman 2 orang, kami pun nebeng rombongan lain untuk mengarungi Goa Pindul.


Nih rombongannya, sekitar 7 orang kalau gag salah

  Enak kan duduk di atas ban trus di tarik sama mas pemandunya....


 Nih pintu masuk goa...




 
Air di dalam goa ini bisa dibilang tenang, tidak begitu deras alirannya. Saat mulai masuk ke dalam Goa, kang mas pemandu mulai menceritakan awal mula terbentuknya Goa pindul ini yang konon bla....bla...bla...(pas itu saya sibuk foto-foto jadi tidak sempat mendengarkan, hehe). Kondisi Goa sangatlah gelap, tapi tidak usah khawatir karena si pemandu telah membawa senter yang cukup untuk menerangi isi Goa selama kita di dalam. Goa itu terdiri dari 3 bagian kedalaman, yang paling dalam ada di bagian tengah yang mencapai 12 meter. Banyak sekali ornamen-ornamen yang sangat cantik di dalam Goa seperti stalaktit, stalagmit, dan batu kristal. Ada 3 buah stalaktit yang cukup besar di setiap bagian Goa, dan semuanya masih bisa bertambah panjang karena dapat kita lihat air pada stalaktit itu masih menetes. Selain batu-batu itu, terdapat banyak kelelawar yang hidup di atas Goa, namun sekarang jumlahnya sudah jauh berkurang. Kelelawar-kelelawar itu membentuk sebuah lukisan di dinding-dinding Goa yang semakin mempercantik pemandangan di dalam.




Perjalanan di dalam Goa kurang lebih sekitar 15 menit. Tapi biasanya orang-orang yang masuk pasti akan menyempatkan diri untuk berenang di suatu tempat yang menyerupai kolam besar sehingga memakan waktu yang lama. Kebanyakan dari mereka menghabisan waktu untuk berfoto-foto di kolam itu sambil lompat dari ketinggihan, termasuk saya (ada bagian di mana kita bisa lompat dari atasnya) .


Lubang di bagian atas Goa

Setelah puas berenang, kami pun digiring keluar dari Goa. Di pintu keluar sekali lagi kita disuguhi pemandangan yang indah, yang bisa kita gunakan sebagai background untuk mengabadikan momen.

Narsis di depan pintu keluar Goa

Pamer body dulu, meskipun perut agag maju, hehe

Goa Pindul...SAE....




By Eriezta Andresta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar