Paling tidak
enak itu kalau libur nasional bertepatan dengan hari sabtu atau kamis, kenapa?
Simpel jawabannya, kalau hari sabtu, libur saya tidak bertambah sementara kalau
hari kamis itu terasa nanggung banget karena jumatnya masih masuk (orang jawa
bilang iku dino kecepit). Itu yang saya rasakan pada saat libur tahun baru 2015
yang jatuh pada hari kamis. Mau pulang kampung kuk nanggung, mau bertapa di
kamar kos kuk rasanya terlalu membosankan. Untung saja saya punya teman-teman
yang suka travelling juga, akhirnya kami memutuskan untuk berkunjung ke Pantai
Goa Cina yang ada di Malang Selatan.
Sekedar pembuka
ini adalah perjalanan saya yang pertama kali dengan anak-anak OJT KPP Pratama
Batu yang kami rencanakan sendiri (kalau dulu ICV kan kantor yang mengadakan).
Dari 10 orang anggota ojt, ada 2 orang yang yang tidak bisa ikut. Tapi tetap
ada 10 orang yang ikut perjalanan kali ini. Tentu saja tak lupa saya mengajak si blue dalam petualangan kali ini.
Titik kumpul
kita adalah di Stasiun Malang pukul 06.00. Sementara seorang teman saya yang
bertempat tinggal di Turen memilih untuk menunggu di rumahnya karena memang
akan melewati rumahnya, hehe. Selepas dari Turen jalanan yang kami lewati
berliku-liku, tapi tidak ada tanjakan yang terlalu tajam. Pantai Goa Cina
terletak di Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Rute
menuju pantai ini sama kalau kita menuju ke Sendang Biru atau Sempu. Perjalanan
dari Malang ke Goa Cina normalnya memerlukan waktu 2,5 sampai 3 jam, tapi
berhubung ini libur tahun baru maka akan memerlukan waktu yang lebih lama.
Macet tak hanya di Jakarta, hehe |
Jalan tanah yang harus kami lalui |
Sepanjang jalan
yang kami lalui sudah beraspal, tapi di 3 km terakhir masih berupa tanah liat
dan bebatuan. Dan inilah puncak kesengsaraan pada wisata kita kali ini, luar
biasa macet di jalan bebatuan itu, apalagi tanahnya masih sangat basah karena
baru turun hujan, huhuhu. Ada sekitar 45 menit untuk melewati jalan itu,
padahal itu hanya 3 km. Ceritanya begini, orang-orang yang camping untuk
merayakan tahun baru di sana pada perjalanan pulang, sementara orang-orang yang
mau berwisata baru berdatangan, apalagi jalanannya sangat sempit (sangat mepet
kalau ada 2 mobil yang berpapasan). Ditambah jalanan yang becek plus tanjakan
dan turunan yang tajam semakin membuat kemacetan yang sangat parah. Kadang
malah ada mobil yang tidak kuat untuk naik karena bannya slip sehingga harus
dibantu di dorong. Jadi saran saya jangan ke Goa Cina
saat libur tahun baru dan lagi musim hujan.
Akhirnya ujung
jalan itu terlihat juga, perjuangan kami terbayarkan. Setelah membayar tiket
masuk sebesar Rp 10.000 per orang, kami pun berjalan-jalan menikmati Pantai Goa
Cina ini.
Narsis dulu sebelum nyemplung air |
Pose andalan, love u.... |
Temenku lagi dikubur di pasir, hehe |
Ombaknya lumayan besar, jadi harus waspada ya.. |
Garis pantai ini sangatlah panjang, ada banyak karang seperti
pulau-pulau di tengah lautan. Pasirnya sangat putih serta lembut dan ombaknya
cukup besar sehingga sangat di sarankan untuk tidak bermain air sampai jauh
dari tepi pantai. Dinamakan Goa Cina karena di pantai ini ada sebuah pulau yang
ada goa-nya yang konon dulu dipakai bertapa oleh biksu yang berasal dari Cina.
Oleh karena itu penduduk sekitar menamainya Goa Cina. Sebenarnya goa-nya tidak
begitu menarik, yang menarik adalah pemandangan lautnya yang sangat indah,
seperti pantai-pantai di wilayah Indonesia timur. Di sini juga sangat terkenal
dengan keindahan Sunrise dan Sunsetnya, mangkanya banyak orang yang camping di
sini hanya untuk melihat dua fenomena pergantian waktu tersebut.
Kebersamaan ini pasti akan selalu kami kenang |
Berjemur ala turis luar negeri |
Main angkat-lempar, korbannya adalah mas Luki |
Puas
bermain-main dengan ombak tak terasa perut kami mulai keroncongan. Apalagi
cuacana yang tiba-tiba panas padahal tadinya hujan membuat kami semakin
kelaparan. Setelah mandi dan sholat, kami memutuskan untuk mencari ikan bakar
dan es kelapa, paduan makanan dan minuman yang pas banget untuk dinikmati di
pantai.
Santap siang, es degan plus ikan bakar |
Jam setengah 3
sore kami putuskan untuk pulang. Dan kami harus melewati jalanan tanah yang
becek dan macet itu sekali lagi, oh no.......
Di perjalanan
pulang sempat terjadi insiden rem blong pada motor teman saya karena kepanasan
pada kancas remnya sehingga kami harus pelan-pelan. Untung kejadiannya selepas
area pegunungan sehingga resikonya lebih minimal. Kami sampai di rumah pret pas
magrib. Alhamdulillah dapat makan malam, meskipun capek semua tapi keceriaan
masih terpancar di antara kami.
Oleh-oleh dari
Goa Cina, si blue kotor banget, harus segera di cuciin ini, huhuhu......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar