Selesai bersantap
siang dan menunaikan ibadah sholat, perjalanan kami lanjutkan ke wisata yang
ada disekitar kota. Recana awalnya sih duduk-duduk di Alun-alun Tulungagung,
tapi setelah melihat cuaca yang mendung-mendung romantis, akhirnya kami
putuskan untuk pergi ke Bendungan Wonorejo untuk menikmati suasana sore hari di
ketinggian sambil melihat-lihat ketenangan air waduk.
Bendungan ini
terletak di Desa Wonorejo Kecamatan Pagerwojo atau sekitar 15 km dari Kota
Tulungagung. Saat kita memasuki kawasan kota, sudah terpapang jelas plang
petunjuk jalan menuju ke bendungan, jadi tidak perlu kawatir kalau tersasar.
Sebelum sampai ke kawasan bendungan, kita akan melewati Srabah, salah satu
tempat wisata yang lumayan terkenal juga di Tulungagung.
|
parkiran motor |
Ada cerita unik
dalam perjalanan kami ke Tulungagung ini. Saat kami bertanya orang jalan ke
Pantai Sine, orang yang ditanya bilangnya kurang 4 km-an lagi sampai.
Kenyataannya sampai 15 km baru sampai pantai. Begitu juga saat kami tanya jalan
menuju bendungan, meskipun orang yang kami tanya beda, orang itu menjawab kalau
perjalanannya sekitar 4 km lagi dari kota. Dan kamu tahu berapa jarak nyatanya?
15 km -___-. (mungkin buat orang-orang Tulungagung jaraknya harus dikuadratin
dulu yaw, hehe).
Jalan yang kita
lalui lumayan mulus, tidak begitu banyak lubang. Tiket masuk bendungan adalah
Rp 5 ribu tiap orang (per bulan Desember 2014). Bendungan ini mulai dibangun
tahun 1992 dan baru diresmikan tahun 2001. Fungsi utama dari bendungan ini
adalah untukl menampung air pada saat hujan deras karena Tulungagung dulu
adalah wilayah yang rawan banjir. Setelah rampungnya bendungan ini dan
Bendungan Niyama di Kecamatan Besuki, perlahan-lahan Tulungagung mulai bebas
dari banjir. Selain itu air pada bendungan ini juga digunakan untuk mengairi
sawah dan untuk budidaya ikan. Oh iya, boleh di bilang ini adalah salah satu
bendungan terbesar di wilayah Asia Tenggara.
Sampai di
bendungan hawa yang kami rasakan adalah dingin tapi sangat sejuk. Dengan
ditambahi hujan rintik-rintik dan pemandangan pegunungan yang indah semakin
menambah kesan romantis di sini (sayang banget pas ke sana sama cowok-cowok
semua -__-). Di bawah terlihat beberapa orang yang sedang memancing ikan. Ada
wahana kayuh bebek juga kalau ingin memutari bendungan.
|
Pemandangan dari sisi yang lain |
|
Akhirnya bisa foto full team, hehe |
|
Trio galau |
|
Gedung PLTA di kawasan bendungan |
|
Narsis dulu di tepian bendungan |
|
Memancing adalah Aktivitas orang-orang pada sore hari |
Keadaan yang
sama tak akan terulang untuk kedua kalinya. Setiap kenangan yang berharga akan
selalu tersimpan erat di benak kita. Terima kasih buat teman-teman yang telah
menemani dalam perjalanan kali ini. Mungkin waktu dan jarak akan semakin
menipiskan kesempatan kita untuk bertravelling bersama lagi, tapi di setiap ada
kesempatan kami pasti akan berjalan-jalan, mengunjungi setiap jengkal di bumi
Indonesia....
Tips 1: Jangan nanya jarak ke orang yang jarang ngeliat peta, simply karena mereka ga tahu jaraknya seberapa jauh.
BalasHapusTips 2: Kalau mau ke waduk Wonorejo, mending lewat jalur selatan (sebelah Gunung Bolo), jalannya mulus licin dan tidak terlalu curam naik turunnya. Aku udah berkali-kali naik sepeda lewat jalur itu dan selamat sampai tujuan.
Tips 3: Kalau mau gratis, berangkat pagi-pagi sebelum petugas loketnya datang. Aku berangkat dari rumah naik sepeda kayuh pukul setengah enam, nyampe sana setengah tujuh masih sepi.
Terima kasih, ini nih tips yg bakal membantu kalian saat ke waduk wonororejo ^_^
Hapus