Selasa, 05 Mei 2015

PANTAI GOA CINA “THE FIRST MY JOURNEY WITH OJTER’S 628”



Paling tidak enak itu kalau libur nasional bertepatan dengan hari sabtu atau kamis, kenapa? Simpel jawabannya, kalau hari sabtu, libur saya tidak bertambah sementara kalau hari kamis itu terasa nanggung banget karena jumatnya masih masuk (orang jawa bilang iku dino kecepit). Itu yang saya rasakan pada saat libur tahun baru 2015 yang jatuh pada hari kamis. Mau pulang kampung kuk nanggung, mau bertapa di kamar kos kuk rasanya terlalu membosankan. Untung saja saya punya teman-teman yang suka travelling juga, akhirnya kami memutuskan untuk berkunjung ke Pantai Goa Cina yang ada di Malang Selatan. 

Sekedar pembuka ini adalah perjalanan saya yang pertama kali dengan anak-anak OJT KPP Pratama Batu yang kami rencanakan sendiri (kalau dulu ICV kan kantor yang mengadakan). Dari 10 orang anggota ojt, ada 2 orang yang yang tidak bisa ikut. Tapi tetap ada 10 orang yang ikut perjalanan kali ini. Tentu saja tak lupa saya mengajak si blue dalam petualangan kali ini.
Titik kumpul kita adalah di Stasiun Malang pukul 06.00. Sementara seorang teman saya yang bertempat tinggal di Turen memilih untuk menunggu di rumahnya karena memang akan melewati rumahnya, hehe. Selepas dari Turen jalanan yang kami lewati berliku-liku, tapi tidak ada tanjakan yang terlalu tajam. Pantai Goa Cina terletak di Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Rute menuju pantai ini sama kalau kita menuju ke Sendang Biru atau Sempu. Perjalanan dari Malang ke Goa Cina normalnya memerlukan waktu 2,5 sampai 3 jam, tapi berhubung ini libur tahun baru maka akan memerlukan waktu yang lebih lama. 
Macet tak hanya di Jakarta, hehe
Jalan tanah yang harus kami lalui


Sepanjang jalan yang kami lalui sudah beraspal, tapi di 3 km terakhir masih berupa tanah liat dan bebatuan. Dan inilah puncak kesengsaraan pada wisata kita kali ini, luar biasa macet di jalan bebatuan itu, apalagi tanahnya masih sangat basah karena baru turun hujan, huhuhu. Ada sekitar 45 menit untuk melewati jalan itu, padahal itu hanya 3 km. Ceritanya begini, orang-orang yang camping untuk merayakan tahun baru di sana pada perjalanan pulang, sementara orang-orang yang mau berwisata baru berdatangan, apalagi jalanannya sangat sempit (sangat mepet kalau ada 2 mobil yang berpapasan). Ditambah jalanan yang becek plus tanjakan dan turunan yang tajam semakin membuat kemacetan yang sangat parah. Kadang malah ada mobil yang tidak kuat untuk naik karena bannya slip sehingga harus dibantu di dorong. Jadi saran saya jangan ke Goa Cina saat libur tahun baru dan lagi musim hujan. 
Akhirnya ujung jalan itu terlihat juga, perjuangan kami terbayarkan. Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 per orang, kami pun berjalan-jalan menikmati Pantai Goa Cina ini.



Narsis dulu sebelum nyemplung air

Pose andalan, love u....

Temenku lagi dikubur di pasir, hehe

Ombaknya lumayan besar, jadi harus waspada ya..


Garis pantai ini sangatlah panjang, ada banyak karang seperti pulau-pulau di tengah lautan. Pasirnya sangat putih serta lembut dan ombaknya cukup besar sehingga sangat di sarankan untuk tidak bermain air sampai jauh dari tepi pantai. Dinamakan Goa Cina karena di pantai ini ada sebuah pulau yang ada goa-nya yang konon dulu dipakai bertapa oleh biksu yang berasal dari Cina. Oleh karena itu penduduk sekitar menamainya Goa Cina. Sebenarnya goa-nya tidak begitu menarik, yang menarik adalah pemandangan lautnya yang sangat indah, seperti pantai-pantai di wilayah Indonesia timur. Di sini juga sangat terkenal dengan keindahan Sunrise dan Sunsetnya, mangkanya banyak orang yang camping di sini hanya untuk melihat dua fenomena pergantian waktu tersebut.

Kebersamaan ini pasti akan selalu kami kenang

Berjemur ala turis luar negeri

Main angkat-lempar, korbannya adalah mas Luki



Puas bermain-main dengan ombak tak terasa perut kami mulai keroncongan. Apalagi cuacana yang tiba-tiba panas padahal tadinya hujan membuat kami semakin kelaparan. Setelah mandi dan sholat, kami memutuskan untuk mencari ikan bakar dan es kelapa, paduan makanan dan minuman yang pas banget untuk dinikmati di pantai.

Santap siang, es degan plus ikan bakar
Sempat berbincang-bincang dengan penjual di sana yang bilang kalau dulu pantai ini sangat bersih, tapi setelah ramai dan terkenal pantai ini menjadi agak kotor. Hmm, harusnya itu menjadi tugas dari setiap traveller untuk tetap menjaga kebersihan alam setiap tempat yang mereka kunjungi, jangan sampai karena ulah kita-kita ini keindahan alam Indonesia yang sangat luar biasa tidak bisa dilihat oleh anak cucu kita.


Jam setengah 3 sore kami putuskan untuk pulang. Dan kami harus melewati jalanan tanah yang becek dan macet itu sekali lagi, oh no....... 

Di perjalanan pulang sempat terjadi insiden rem blong pada motor teman saya karena kepanasan pada kancas remnya sehingga kami harus pelan-pelan. Untung kejadiannya selepas area pegunungan sehingga resikonya lebih minimal. Kami sampai di rumah pret pas magrib. Alhamdulillah dapat makan malam, meskipun capek semua tapi keceriaan masih terpancar di antara kami.
Oleh-oleh dari Goa Cina, si blue kotor banget, harus segera di cuciin ini, huhuhu......